Ditinjau oleh: Annisa Fitri Rasambanita
MALANG, suarasahabat.com – Sebagai makhluk sosial, komunikasi menjadi kebutuhan primer dalam kehidupannya. Mereka melakukan komunikasi secara verbal dan non-verbal. Sepertinya hal itu tidak dapat dinikmati secara utuh oleh saudara-saudara kita yang diberikan keistimewaan berupa tuna wicara. Kesulitan dalam berkomunikasi ia akan semakin parah apabila anak tuna wicara ini menderita tuna rungu.
Tuna rungu adalah kondisi yang dialami oleh seseorang yang tidak memiliki kemampuan untuk mendengarkan suara dalam bentuk apapun, biasanya seorang tuna rungu juga menderita tuna wicara atau ketidakmampuan untuk berbicara.
Dalam beberapa hal kehilangan pendengaran dapat mengakibatkan ketidakmampuan belajar yang lebih serius dibanding kehilangan penglihatan(anak tunanetra). Kemahiran dan kemampuan menggunakan bahasa simbol biasanya lebih sulit bagi anak dengan gangguan pendengaran, hal tersebut dapat dilihat dari tumbuh kembang sejak masa bayi.

Seorang anak tuna rungu-wicara memiliki kesulitan belajar untuk mengenali suara, terutama suara ibunya sehingga respon yang dimilikinya lamban dibandingkan dengan anak tuna netra. Ketidakmampuan belajar ini yang menjadi salah satu faktor anak-anak tuna rungu-wicara memiliki tingkat kecerdasan dibawah rata-rata anak pada umumnya. Ketidakmampuan belajar pada anak tuna rungu-wicara mempengaruhi psikologis anak tuna rungu wicara.
Salah satu solusi untuk anak tuna rungu adalah sekolah inklusi. Sekolah inklusi merupakan perkembangan baru dari pendidikan terpadu. Pada sekolah inklusi setiap anak sesuai dengan kebutuhan khususnya, semua diusahakan dapat dilayani secara optimal dengan melakukan berbagai modifikasi dan penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan, sistem pembelajaran sampai pada sistem penilaiannya.
Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda disetiap negara. Individu tuna rungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari suatu yang abstrak.Mengajar anak tuna rungu pasti berbeda dengan anak normal, maka dibutuhkan media untuk membantu anak tuna rungu.
Pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.