Suara Sahabat-Jakarta-- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhaimin Iskandar, menyerahkan penghargaan prestisius "Santri of The Year 2025" dalam kategori Santri Inspiratif Bidang Pendidikan kepada Prof. Dr. H. Muhammad Ishom, S.Ag., M.A., Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Acara penganugerahan ini digelar dalam rangkaian Hari Santri Nasional 2025, bertempat di Gedung Nusantara IV, Kompleks DPR/MPR RI, Jakarta, pada Minggu (9/11/2025) kemarin.
Penghargaan ini merupakan inisiatif Kementerian Agama (Kemenag) RI bekerja sama dengan berbagai organisasi keagamaan dan pendidikan Islam, untuk menghormati dan menginspirasi generasi santri yang terus berkontribusi dalam pembangunan bangsa, khususnya di sektor pendidikan. Tema acara tahun ini, "Santri Berprestasi: Membangun Indonesia Emas 2045 melalui Pendidikan Inklusif dan Moderat", mencerminkan semangat santri sebagai pelopor perubahan di era digital dan globalisasi.
Prof. Muhammad Ishom, yang akrab disapa Prof. Ishom, dipilih sebagai penerima penghargaan setelah melalui seleksi ketat oleh tim juri independen yang terdiri dari pakar pendidikan Islam, ulama, dan akademisi nasional. Alasan utama penganugerahan adalah dedikasi luar biasa Prof. Ishom dalam mengintegrasikan nilai-nilai pesantren tradisional dengan pendidikan tinggi modern, yang telah menghasilkan ribuan lulusan UIN Banten yang siap berkontribusi di masyarakat. Sebagai guru besar di Fakultas Syariah dan Rektor UIN SMH Banten untuk periode 2025-2029, beliau telah memimpin transformasi kampus menjadi pusat unggulan pendidikan Islam moderat di Indonesia.
Dalam sambutannya, Menko PMK Muhaimin Iskandar menyatakan, "Penghargaan Santri of The Year 2025 ini bukan hanya pengakuan atas prestasi individu, melainkan momentum untuk menggerakkan seluruh ekosistem pendidikan santri di Indonesia. Prof. Muhammad Ishom adalah teladan nyata bagaimana seorang santri bisa naik dari bangku pesantren menjadi pemimpin akademik yang membawa perubahan positif. Kontribusinya dalam mempromosikan moderasi beragama dan peningkatan kualitas pendidikan telah memperkuat fondasi bangsa kita menuju Indonesia Emas 2045."
Menko PMK juga menekankan bahwa penghargaan ini diharapkan menjadi pemicu bagi santri-santri muda untuk terus berinovasi di bidang pendidikan, seperti pengembangan kurikulum berbasis teknologi, literasi digital, dan pendidikan inklusif yang menjangkau masyarakat marginal. "Santri bukan lagi hanya pelajar agama, tapi juga agen perubahan yang membangun karakter bangsa melalui ilmu pengetahuan," tambahnya.
Prof. Muhammad Ishom, yang lahir di Demak, Jawa Tengah, pada 23 Juni 1976, memulai perjalanan pendidikannya dari dunia pesantren sejak usia dini. Beliau menimba ilmu di Madrasah Ibtidaiyyah (MI) Assirojiyah Demak (lulus 1988), Madrasah Tsanawiyyah (MTs) Futuhiyyah I Mranggen Demak (lulus 1991), dan Madrasah Aliyah (MA) Futuhiyyah I Demak (lulus 1994). Selama masa pendidikan menengah, Prof. Ishom mondok selama enam tahun di Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen, Demak, di bawah bimbingan KH. Muslih al-Maroqi. Pengalaman ini dilanjutkan dengan mondok di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta (1994-1999), di bawah arahan almarhum KH. Raden Muhammad Najib Abdul Qadir, yang menjadi salah satu guru spiritual paling berpengaruh dalam hidupnya.
Pendidikan tingginya pun tak lepas dari akar pesantren. Prof. Ishom meraih gelar Sarjana (S.Ag.) dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta pada 1999, Magister (M.A.) di bidang Islamic Studies dan Fiqh Siyasah dari IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2001, serta Doktor (Dr.) dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung pada 2012. Sejak 2007, beliau bergabung sebagai dosen tetap di UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, dan pada 1 April 2025, secara resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar di bidang Peradilan Islam oleh Kementerian Agama.
Sebagai Rektor UIN SMH Banten, Prof. Ishom telah membawa perubahan signifikan. Di bawah kepemimpinannya, kampus berhasil naik peringkat nasional dan internasional berkat kontribusi akademiknya yang produktif, termasuk delapan artikel terindeks Scopus dan puluhan karya di jurnal nasional. Beliau juga memimpin Rumah Moderasi Beragama (RMB) UIN Banten (2021-2024), di mana ia aktif memerangi intoleransi dan radikalisme melalui program dialog antaragama dan pendidikan karakter. Sebagai Wakil Dekan I Fakultas Syariah (2021-2025), Prof. Ishom menginisiasi kurikulum berbasis teknologi yang mengintegrasikan fiqh kontemporer dengan studi digital, sehingga lulusannya siap menghadapi tantangan global.
Dalam pidato penerimaannya, Prof. Ishom menyampaikan rasa syukur yang mendalam dan mendedikasikan penghargaan ini untuk seluruh santri Indonesia. "Saya tidak menyangka akan menerima anugerah sebesar ini. Perjalanan saya dari pesantren kecil di Demak hingga menjadi Rektor UIN Banten adalah bukti bahwa doa dan ridho guru kiai adalah pengantar terbesar. Penghargaan ini saya persembahkan untuk para santri yang sedang berjuang menegakkan ilmu dan akhlak. Mari kita jadikan pendidikan sebagai jembatan menuju masyarakat madani yang toleran dan inovatif," ujarnya dengan suara bergetar.
Prof. Ishom menambahkan, "Jangan pernah meremehkan doa kiai. Walaupun KH. Raden Muhammad Najib Abdul Qadir dan KH. Muslih al-Maroqi telah wafat, doa mereka tetap mengiringi langkah kita. Santri harus terus belajar, berinovasi, dan menjunjung tinggi nilai-nilai pendidikan pesantren untuk membangun Indonesia yang lebih baik." Beliau juga berjanji akan memperkuat kolaborasi antara pesantren tradisional dan perguruan tinggi negeri Islam, agar lebih banyak santri muda bisa mengakses pendidikan berkualitas tanpa meninggalkan akar keagamaannya.
Acara penganugerahan dihadiri oleh ratusan tokoh santri, ulama, akademisi, dan pejabat pemerintah, termasuk Menteri Agama Nasaruddin Umar yang turut memberikan sambutan. Menteri Agama menegaskan, "UIN Banten di bawah Prof. Ishom harus menjadi laboratorium pendidikan Islam yang kondusif dan intelektual. Penghargaan ini adalah pengakuan atas peran santri dalam merealisasikan visi Indonesia Emas."
Penghargaan "Santri of The Year 2025" tidak hanya mencakup kategori pendidikan, tetapi juga bidang lain seperti ekonomi syariah, teknologi, dan sosial kemasyarakatan. Tahun ini, terdapat 10 penerima dari berbagai provinsi, yang semuanya dipilih berdasarkan kriteria prestasi, dampak sosial, dan komitmen terhadap nilai-nilai keislaman. Kemenag berharap, penghargaan ini akan memicu gelombang baru inspirasi bagi jutaan santri di Indonesia untuk terus berkarya.